PENGERTIAN, CIRI-CIRI PEMBELAJARAN
A. BELAJAR
I. Pengertian Belajar
1. Pengertian belajar secara popular
Dapat disimpulkan dari pengertian beberapa tokoh seperti Cronbach, Harold Spears, Mc.Geah, Whittaker dll, Belajar adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku, baik potensial maupun actual.
Perubahan-perubahan itu berbentuk kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang relative lama (konstan).
Perubahan tersebut terjadi karena usaha sadar yang dilakukan oleh individu yang sedang belajar.
2. Pengertian belajar menurut beberapa aliran psikologi
a. Menurut Aliran Psikologi Behavioristik (Perilaku)
• Belajar adalah perubahan tingkah laku
• Yang terpenting adalah masukan/input yang berupa stimulasi dan keluaran/output yang berupa respon.
• Penguatan (Reinforcement; positi/negate respon tetap kuat)
• Teori ini tidak mampu menjelaskan proses belajar secara komplek (misal dengan beberapa stimulasi sekaligus)
b. Menurut Aliran Psikologi Kognitif
• Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman
• Proses belajar akan berjalan dengan baik apabila materi pelajaran yang baru beradaptasi (bersinambungan) secara klop dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki.
c. Menurut Aliran Psikologi Humanistik
• Belajar adalah memanusiakan manusia (berhasil apabila telah memahami diri sendiri dan lingkungan/aktualisasi diri).
• Memanfaatkan teknik belajar apapun asal tujuan belajar tercapai.
• Ada tiga kawasan tujuan belajar; kognitif, afektif dan psikomotor.
II. Ciri-ciri Belajar
1. Siswa sebagai pelaku yang bertindak belajar.
2. Tujuannya memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup.
3. Proses belajar ada di internal pada diri pebelajar.
4. Belajar bias dilakukan disembarang tempat.
5. Lama waktu belajar sepanjang hayat.
6. Syarat didalam belajar harus ada motivasi yang kuat untuk belajar.
7. Belajar dapat memecahkan suatu masalah.
8. Faedah dari belajar adalah mempertinggi martabat pribadi pebelajar.
9. Hasil belajar sebagai dampak pengajaran dan pengiring.
Tujuan belajar
1. Instruktur efeks (berupa pengetahuan dan keterampilan).
2. Nuturant efeks: hasil sampingan (berpikir kritis, kreatif, bersikap terbuka, dsb).
3. Menurut Bloom: ranah kognitif, afektif, psikomotor.
III. Unsur
IV. -unsur Dinamis dalam Belajar
1. Motivasi
2. Bahan/materi
3. Penyediaan media
4. Lingkungan yang kondusif situasional
5. Kondisi pebelajar yang nyaman, senang, tertarik, tidak bosan.
B. PEMBELAJARAN
I Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah usaha sadar dan aktif dari guru terhadap siswa, agar iswa berkeinginan untuk belajar.
II Ciri-ciri Pembelajaran
1. Pelakunya adalah pembelajar/guru bersama siswa (tidak harus dilakukan oleh guru melalui media saja).
2. Tujuannya adalah mengarahkan memperoleh pengalaman (memfasilitasi perolehan hasil belajar & pengetahuan).
3. Proses pada eksternal (seting tempat, media, teknik) yang dibentuk/diarahkan pada pembelajar.
4. Seting tempat harus kondusif/dikondisikan.
5. Lama waktunya dalam alokasi waktu tertentu.
6. Syarat terjadinya suatu pembelajaran adalah harus ada komitmen dan kompetensi guru.
7. Ukuran keberhasilannya ada pada proses dan hasil pembelajarannya.
8. Faedah pembelajaran adalah mengembangkan pola-pola kegiatan belajar pembelajaran secara inovatif, contohnya: model, strategi dll.
9. Keberhasilan pembelajaran adalah dapat meningkatkan prestasi belajar.
III Tujuan Pembelajaran
1. Merupakan apa yang diinginkan guru dari siswanya pada akhir suatu pelajaran dan apa yang seharusnya siswa peroleh pada akhir suatu pelajaran.
2. Tujuan pembelajaran kongruen dan menunjang tercapainya tujuan belajar siswa.
3. Ciri-ciri tujusn pembelajaran yang baik yaitu isinya harus jelas.
4. Harus dijelaskan tentang apa yang akan dicapai.
5. Tujuan harus berhubungan dengan masalah yang diidentifikasi.
6. Adanya penegasan tentang tujuan yang hanya dicapai melalui pembelajaran.
IV Unsure-unsur Dinamis dalam Pembelajaran
1. Upaya memotivasi (media, penyajian yang menarik, bervariasi, konstektual)
2. Pengemasan materi (buku, modul, power point, OHP, dll)
3. Media pembelajaran, sarana prasarana, penyediaan sumber belajar.
4. Lingkungan pembelajaran yang konstruktif.
5. Mengupayakan kondisi pembelajaran yang conform (sehat, menarik, gaya mengajar, humoris, dll)
Rabu, 31 Maret 2010
membina kedisiplinan anak
A. PENGERTIAN
1. Secara sempit: disiplin merupakan suatu keharusan untuk menaati aturan
2. Secara luas: disiplin berarti membina kebiasaan baik
B. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN:
1. Pembinaan kedisplinan harus mengacu pda tingkat perkembangan bayi dan anak,
2. Semua langkah dalam pembinaan kedisplinanharus mengacu pada kebutuhan anak, menyenangkan dan tidak melecehkan anak.
3. Tidak boleh ditujukan untuk kepentingan orangtua ataupun untuk memperlihatkan “kekuasaan” bahwa ia dapat mengatur anak
4. Dalam pembinaan kedisiplinan keselamatan anak harus dinomorsatukan
5. Hukuman fisik tidak dibenarkan dalam pembinaan kedisiplinan
6. Contoh nyata dari orang tua merupakan “nasehat” yang paling baik.
7. Jangan terlalu membuat banyak aturan tetapi bila dilanggar tak ada sangsi, lebih baik membuat sedikit aturan tetapi dilakukan secara konsisten.
C. CONTOH PEMBINAAN KEDISIPLINAN
1. PADA BAYI
a) Pemberian ASI:
1) Pemberian ASI tiap 3 jam sekali
2) Setiap menyusu lamanya 15-20 menit
3) Mulai jam 9 malam sampai pagi menyusu hanya boleh 1-2 kali
b) makanan setengah padat:
1) Pukul 06.00: ASI
2) Pukul 09.00: bubur susu
3) Pukul 11.00: buah biskuit
4) Pukul 14.00: bubur susu
5) Pukul 17.00: ASI, dst
2. USIA 1-2 TAHUN
Anak akan marah bila direnggut aktivitasnya, untuk itu perlu cara yang menyenangkan untuk membina kedisiplinanya, contoh:
a) Waktunya mandi anak baru bermain, maka anak tetap diajak mandi dengan membawa mainanya
b) Waktunya mandi anak baru bermain, mak kita kasih kesempatan anak menyelesaikan permainanya ….menit, dan dimminta janji setelah….menit anka harus mandi.
c) Waktunya makan anak masih bermain, maka ajak anak makan sambil bermain, atau menghentikan permainanya tetapi masih bicara tentang permainannya.
3. USIA 2-3 TAHUN
“JANGAN SELALU MENURUTI KEHENDAK ANAK”\
A. Anak usia 2-3 tahun berada dalam masa “TIDAK”, cenderung berlaku negativistik, dan menentang apa saja yang ditawarkan. Namun hal ini adalah keadaan normla pada tahap perkembangannya, untuk itu perlu
B. Jangan menawarkan atau menanyakan lagi suatu kegiatan, tetapi langsung disuruh (catatan:jangan sampai melecehkan)
C. Orangtua jangan sering melonggarkan aturan yang telah ditetapkan, karena anak akan cenderung terus melanggarnya.
4. PENDIDIKAN SOSIAL BAGI ANAK DI BAWAH 1 TAHUN
A. Membina anak dalam sosialnya serta mendidik disiplin untuk mengucapkan slam pada hakekatnya juga merupakan sikap disiplin dan menghargai orang lain. Contoh:
B. Mengajari melambaikan tangan daag…daag..daag..
C. Mengucapkan salm
D. Bersalaman dengan orang baru
5. HUKUMAN BAGI ANAK, BOLEHKAH?
A. Menghukum anak dengan fisik, misal dengan mencubit tidak boleh dilakukan. Apalagi menghukum aktivitas negatif yang di luar kesadaran dan yang sebenarnya tidak disukai anak, misal mengompol.
B. Orang dewasa apabila berbuata salah didiamkan sejenak agar mereda “dingin”, namun anak2 yang berbuat kesalahan harus ditegur langsung agar mengetahui hubungan yang logis antara kesalahn dengan teguran tersebut. Namun perlu diingat, teguran tersebut tidak boleh melecehkan dan tidak dilakukan di depan teman2nya.
C. Orangtua tidak boleh sering melarang: “jangan ini”, tidak boleh ini”, karena akan menyebabkan anak menjadi pasif, takut salah, tempertantrum, negativistik, dst.
D. Anak apabila selalu dilarang akan menjadi resistant dan terkesan masa bodoh terhadap segala macam larangan yang dirasakannya menghambat aktivitas dan kepentingannya.
E. Kesepakatan ayah dan ibu dalam mebuat azturan sangat penting. Ketika ibu menegur, ayah tidak boleh membela ataupun sebaliknya.
F. Pendidikan disiplin akan menyatu dengan pribadi apabila dilakukan dengan sengang hati dan tidak merasa di bawah tekanan.
6. DISIPLIN ANAK PRASEKOLAH (USIA 4-5 TAHUN)
Anak sudah bisa diajak diskus, oleh karena itu berikan alasan yang tepat dalam mengerjakan sesuatu. Alasan cukup sederhana dan bisa dipahami anak.Contoh:
Minum obat harus teratue: alasanya biar cepet sembuh
7. DASAR PEMBINAAN DISIPLIN ADALAH KELUARGA
Pendidikan disiplin dasar pembinaannya adalah keluarga. Orangtua tidak boleh mengelak dari tanggungjawab dan menyerahkan begitu saja ke sekolah. Karena sekolah hanya mengembangkan, bukan meletakkan dasar disiplin
1. Secara sempit: disiplin merupakan suatu keharusan untuk menaati aturan
2. Secara luas: disiplin berarti membina kebiasaan baik
B. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN:
1. Pembinaan kedisplinan harus mengacu pda tingkat perkembangan bayi dan anak,
2. Semua langkah dalam pembinaan kedisplinanharus mengacu pada kebutuhan anak, menyenangkan dan tidak melecehkan anak.
3. Tidak boleh ditujukan untuk kepentingan orangtua ataupun untuk memperlihatkan “kekuasaan” bahwa ia dapat mengatur anak
4. Dalam pembinaan kedisiplinan keselamatan anak harus dinomorsatukan
5. Hukuman fisik tidak dibenarkan dalam pembinaan kedisiplinan
6. Contoh nyata dari orang tua merupakan “nasehat” yang paling baik.
7. Jangan terlalu membuat banyak aturan tetapi bila dilanggar tak ada sangsi, lebih baik membuat sedikit aturan tetapi dilakukan secara konsisten.
C. CONTOH PEMBINAAN KEDISIPLINAN
1. PADA BAYI
a) Pemberian ASI:
1) Pemberian ASI tiap 3 jam sekali
2) Setiap menyusu lamanya 15-20 menit
3) Mulai jam 9 malam sampai pagi menyusu hanya boleh 1-2 kali
b) makanan setengah padat:
1) Pukul 06.00: ASI
2) Pukul 09.00: bubur susu
3) Pukul 11.00: buah biskuit
4) Pukul 14.00: bubur susu
5) Pukul 17.00: ASI, dst
2. USIA 1-2 TAHUN
Anak akan marah bila direnggut aktivitasnya, untuk itu perlu cara yang menyenangkan untuk membina kedisiplinanya, contoh:
a) Waktunya mandi anak baru bermain, maka anak tetap diajak mandi dengan membawa mainanya
b) Waktunya mandi anak baru bermain, mak kita kasih kesempatan anak menyelesaikan permainanya ….menit, dan dimminta janji setelah….menit anka harus mandi.
c) Waktunya makan anak masih bermain, maka ajak anak makan sambil bermain, atau menghentikan permainanya tetapi masih bicara tentang permainannya.
3. USIA 2-3 TAHUN
“JANGAN SELALU MENURUTI KEHENDAK ANAK”\
A. Anak usia 2-3 tahun berada dalam masa “TIDAK”, cenderung berlaku negativistik, dan menentang apa saja yang ditawarkan. Namun hal ini adalah keadaan normla pada tahap perkembangannya, untuk itu perlu
B. Jangan menawarkan atau menanyakan lagi suatu kegiatan, tetapi langsung disuruh (catatan:jangan sampai melecehkan)
C. Orangtua jangan sering melonggarkan aturan yang telah ditetapkan, karena anak akan cenderung terus melanggarnya.
4. PENDIDIKAN SOSIAL BAGI ANAK DI BAWAH 1 TAHUN
A. Membina anak dalam sosialnya serta mendidik disiplin untuk mengucapkan slam pada hakekatnya juga merupakan sikap disiplin dan menghargai orang lain. Contoh:
B. Mengajari melambaikan tangan daag…daag..daag..
C. Mengucapkan salm
D. Bersalaman dengan orang baru
5. HUKUMAN BAGI ANAK, BOLEHKAH?
A. Menghukum anak dengan fisik, misal dengan mencubit tidak boleh dilakukan. Apalagi menghukum aktivitas negatif yang di luar kesadaran dan yang sebenarnya tidak disukai anak, misal mengompol.
B. Orang dewasa apabila berbuata salah didiamkan sejenak agar mereda “dingin”, namun anak2 yang berbuat kesalahan harus ditegur langsung agar mengetahui hubungan yang logis antara kesalahn dengan teguran tersebut. Namun perlu diingat, teguran tersebut tidak boleh melecehkan dan tidak dilakukan di depan teman2nya.
C. Orangtua tidak boleh sering melarang: “jangan ini”, tidak boleh ini”, karena akan menyebabkan anak menjadi pasif, takut salah, tempertantrum, negativistik, dst.
D. Anak apabila selalu dilarang akan menjadi resistant dan terkesan masa bodoh terhadap segala macam larangan yang dirasakannya menghambat aktivitas dan kepentingannya.
E. Kesepakatan ayah dan ibu dalam mebuat azturan sangat penting. Ketika ibu menegur, ayah tidak boleh membela ataupun sebaliknya.
F. Pendidikan disiplin akan menyatu dengan pribadi apabila dilakukan dengan sengang hati dan tidak merasa di bawah tekanan.
6. DISIPLIN ANAK PRASEKOLAH (USIA 4-5 TAHUN)
Anak sudah bisa diajak diskus, oleh karena itu berikan alasan yang tepat dalam mengerjakan sesuatu. Alasan cukup sederhana dan bisa dipahami anak.Contoh:
Minum obat harus teratue: alasanya biar cepet sembuh
7. DASAR PEMBINAAN DISIPLIN ADALAH KELUARGA
Pendidikan disiplin dasar pembinaannya adalah keluarga. Orangtua tidak boleh mengelak dari tanggungjawab dan menyerahkan begitu saja ke sekolah. Karena sekolah hanya mengembangkan, bukan meletakkan dasar disiplin
KOMUNIKASI TOTAL UNTUK ATR
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan manusia. Karena melalui bahasa manusia berinteraksi dengan manusia lainnya. Oleh karena itu manusia dituntut untuk dapaaat menguasai bahasa yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya. Namun, untuk menguasai bahasa harus melalui proses, artinya sebelum manusia menguasai bahasa, manusia harus terlebih dahulu mendengar, bahasa yang diucapkan orang lain. Melalui pendengaran manusia meniru perkataan yang dikatakan oleh orang lain. Begitupun dalam belajar bahasa. Anak normal dalam menguasai bahasa tidak begitu mengalami kesulitan, karena ia telah mampu mendengar sehingga secara otomatis mereka mampu meniru apa yang dikaatakan oleh orang lain. Dan melalui pengalaman ini mereka mampu mengungkapkan keinginannya melalui bahasa, sehingga akan terpenuhi kebutuhannya.
Berbeda dengan perkembangan bahasa Anak Tuna Rungu, pada aawalnya perkembangan bahasa mereka seperti anak normal, namun setelah masa meraban, mereka akan menjadi bisu. Konsosnan yang diucapkan pada masa meraban akan hilang satu persatu dan akhirnya huruf vokal akan hilang juga (Prof Ewing). Untuk itu mereka memerlukan metode-metode penbembangan dalam komunikasinya. Metode-metode ini jharus disesuaikan dengan saat terjadinya ketunarunguan, derajat kehilangan pendengaran, dan usia anak. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai metode oral, metode membaca ujaran, metode isyarat, metode manual, dan metode komtal (komunikasi total). Namun masing-masing metode ini mempunyai berbagai kelemahan dan kelebihan berdasarkan saat terjadinya ketunarungaun, usia penderita, dan derajat kehilangan pendengaran.
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan pengertian metode oral, metode isyarat, metode membaaca ujaran, metode manual, dan metode komtal!
2. Apakah kelemah dan kelebihan masing-masing metode diatas?
BAB II
PEMBAHASAN
1. METODE ORAL
A. Pengertian
Metode oral merupakan salah satu cara untuk melatih anak tunarungu agar dapat berkomunikasi secara lisan (verbal) dengan lingkungan orang mendengar. Agar anak tunarungu mampu berbicara dituntut adanya partisipasi dari orang-orang sekelilingnya, yaitu dengan melibatkan anak tuna rungu bicara secara lisan dalam setiap kesempatan.
Menurut Van Uden untuk keberhasilan dalam metode ini perlu menerapkan prinsip Cybernetik ( umpan balik, yaitu prinsip yang menekankan adanya suatu pengontrolann diri). Setiap gerak organ bicara yang menimbulkan bunyi, dirasakan dan diamati sehingga hal itu akan memberi umpan balik terhadap gerakannya yang akan menimbulkan bunyi selanjutnya.
Pendekatan oral didasarkan atas premis mendasar bahwa memperoleh kompetensi dalam bahasa lisan, baik secara reseptif maupun ekspresif, merupakan tujuan yang realistis bagi anak tunarungu. Kemampuan ini akan berkembang dengan sebaik-baiknya dalam lingkungan di mana bahasa lisan dipergunakan secara eksklusif. Lingkungan tersebut mencakup lingkungan rumah dan sekolah (Stone, 1997).
Elemen-elemen pendekatan oral yang sangat penting untuk menjamin keberhasilannya mencakup:
- Keterlibatan orang tua. Untuk memperoleh bahasa dan ujaran yang efektif menuntut peran aktif orang tua dalam pendidikan bagi anaknya.
- Upaya intervensi dini yang berfokus pada pendidikan bagi orang tua untuk menjadi partner komunikasi yang efektif.
- Upaya-upaya di dalam kelas untuk mendukung keterlibatan anak tunarungu dalam kegiatan kelas.
- Amplifikasi yang tepat. Alat bantu dengar merupakan pilihan utama, tetapi bila tidak efektif, penggunaan cochlear implant merupakan opsi yang memungkinkan Mengajari anak mengunakan sisa pendengaran yang masih dimilikinya untuk mengembangkan perolehan bahasa lisan merupakan hal yang mendasar bagi pendekatan oral. Meskipun dimulai sebelum anak masuk sekolah, intervensi oral berlanjut di kelas. Anak diajari keterampilan mendengarkan yang terdiri dari empat tingkatan, yaitu deteksi, diskriminasi, identifikasi, dan pemahaman bunyi. Karena tujuan pengembangan keterampilan mendengarkan itu adalah untuk mengembangkan kompetensi bahasa lisan, maka bunyi ujaran (speech sounds) merupakan stimulus utama yang dipergunakan dalam kegiatan latihan mendengarkan itu. Pengajaran dilakukan dalam dua tahapan yang saling melengkapi, yaitu tahapan fonetik (mengembangkan keterampilan menangkap suku-suku kata secara terpisah-pisah) dan tahapan fonologik (mengembangkan keterampilan memahami kata-kata, frase, dan kalimat). Pengajaran bahasa dilaksanakan secara naturalistik dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada diri anak, tidak dalam setting didaktik. Pada masa prasekolah, pengajaran bagi anak dan pengasuhnya dilakukan secara individual, tetapi pada masa sekolah pengajaran dilaksanakan dalam setting kelas inklusif atau dalam kelas khusus bagi tunarungu di sekolah reguler. Setting pengajaran ini tergantung pada keterampilan sosial, komunikasi dan belajar anak
Pendekatan auditori-verbal bertujuan agar anak tunarungu tumbuh dalam lingkungan hidup dan belajar yang memungkinkanya menjadi warga yang mandiri, partisipatif dan kontributif dalam masyarakat inklusif. Falsafah auditori-verbal mendukung hak azazi manusia yang mendasar bahwa anak penyandang semua tingkat ketunarunguan berhak atas kesempatan untuk mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan dan menggunakan komunikasi verbal di dalam lingkungan keluarga dan masyarakatnya. Pendekatan auditori verbal didasarkan atas prinsip mendasar bahwa penggunaan amplifikasi memungkinkan anak belajar mendengarkan, memproses bahasa verbal, dan berbicara. Opsi auditori verbal merupakan strategi intervensi dini, bukan prinsip-prinsip yang harus dijalankan dalam pengajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk mengajarkan prinsip-prinsip auditori verbal kepada orang tua yang mempunyai bayi tunarungu (Goldberg, 1997).
Prinsip-prinsip praktek auditori verbal itu adalah sebagai berikut:
- Berusaha sedini mungkin mengidentifikasi ketunarunguan pada anak, idealnya di klinik perawatan bayi.
- Memberikan perlakuan medis terbaik dan teknologi amplifikasi bunyi kepada anak tunarungu sedini mungkin.
- Membantu anak memahami makna setiap bunyi yang didengarnya, dan mengajari orang tuanya cara membuat agar setiap bunyi bermakna bagi anaknya sepanjang hari.
- Membantu anak belajar merespon dan menggunakan bunyi sebagaimana yang dilakukan oleh anak yang berpendengaran normal.
- Menggunakan orang tua anak sebagai model utama untuk belajar ujaran dan komunikasi lisan.
- Berusaha membantu anak mengembangkan sistem auditori dalam (inner auditory system) sehingga dia menyadari suaranya sendiri dan akan berusaha mencocokkan apa yang diucapkannnya dengan apa yang didengarnya.
- Memahami bagaimana anak yang berpendengaran normal mengembangkan kesadaran bunyi, pendengaran, bahasa, dan pemahaman, dan menggunakan pengetahuan ini untuk membantu anak tunarungu mempelajari keterampilan baru.
- Mengamati dan mengevaluasi perkembangan anak dalam semua bidang.
- Mengubah program latihan bagi anak bila muncul kebutuhan baru.
- Membantu anak tunarungu berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan maupun sosial bersama-sama dengan anak-anak yang berpendengaran normal dengan memberikan dukungan kepadanya di kelas reguler.
B. Kelemahan metode oral:
Berdasar saat terjadinya kehilangan pendengaran
Apabila kehilangan pendengaran terjadi sejak saat lahir maka anak akan sulit mempelajari metode ini, karena sejak kecil ia tidak pernah memperoleh informasi bahasa melalui pendengaran sehingga mengalami kesulitan dalam menyampaikan keinginan dengan metode oral darena kemiskinan bahasa.
Berdasar derajat kehilangan pendengaran
a. semakin berat derajat kehilangan pendengaran seorang maka semakin sulit mempelajari metode ini, karena sejak kecil ia tidak pernah memperoleh onformasi bahas melalui pendengaran sehingga mengalami kesulitan dalam menyampaikan keinginan dengan metode oral darena kemiskinan bahasa.
b. Meskipun dalam lingkungan auditer terbaik, jumlah bunyi ujaran yang dapat dikenali oleh tunarungu berat secara cukup baik untuk memungkinkannya memperoleh gambaran yang lengkap tentang struktur sintaksis dan fonologi bahasa itu terbatas. Tetapi ini tidak berarti bahwa penyandang ketunarunguan yang berat sekali tidak dapat memperoleh manfaat dari bunyi yang diamplifikasi. Yang menjadi masalah besar dalam hal ini adalah bahwa individu tunarungu jarang dapat mendengarkan bunyi ujaran dalam kondisi optimal. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan individu tunarungu tidak dapat memperoleh manfaat yang maksimal dari alat bantu dengar yang dipergunakannya. Di samping itu, banyak penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar alat bantu dengar yang dipergunakan individu tunarungu itu tidak berfungsi dengan baik akibat kehabisan batrai dan earmould yang tidak cocok.
Berdasar usia anak
Usia anak yang masih kecil juga mempersulit penyampaian bahasa melalui metode oral, karena pengalaman bahasa yang diperoleh anak baru sedikit mengingat usia anak masih kecil.
C. Kelebihan metode oral
Berdasar saat terjadinya
Bila terjadinya setelah anak-anak maka anak akan lebih mudah mempelajari dan menggunakan metode oral dalam kehidupan sehari-hari karena selain mudah dimengerti oleh lingkungan ia juga telah menguasai bahasa oral ketika pendengarannya masih normal.
Berdasar Usia Anak
a. Semakin besar usia anak maka semakin Memotivasi anak untuk berbicara secara lisan.
b. Keuntungan utama pendekatan oral ini adalah bahwa anak mampu berkomunikasi secara langsung dengan berbagai macam individu, yang pada gilirannya dapat memberi anak berbagai kemungkinan pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial. Geers dan Moog (1989 dalam Stone, 1997) melaporkan bahwa 88% dari 100 siswa tunarungu usia 16 dan 17 tahun yang ditelitinya memiliki kecakapan berbahasa lisan dan memiliki tingkat keterpahaman ujaran yang tinggi. Kemampuan rata-rata membacanya adalah pada tingkatan usia 13 hingga 14 tahun, yang hampir dua kali lipat rata-rata kemampuan baca seluruh populasi anak tunarungu di Amerika Serikat.
c. menurut Hasil penelitian terhadap sejumlah tamatan program auditori verbal di Amerika Serikat dan Kanada (Goldberg & Flexer, 1993, dalam Goldberg, 1997) menunjukkan bahwa mayoritas responden terintegrasi ke dalam lingkungan belajar dan lingkungan hidup "reguler". Kebanyakan dari mereka bersekolah di sekolah biasa di dalam lingkungannya, masuk ke lembaga pendidikan pasca sekolah menengah yang tidak dirancang khusus bagi tunarungu, dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Di samping itu, keterampilan membacanya setara atau lebih baik daripada anak-anak berpendengaran normal (Robertson & Flexer, 1993, dalam Goldberg, 1997).
Berdasar Derajat kehilangan pendengarannya
Semakin berat derajat kehilangan pendengarannya maka semakin memotivasi anak untuk belajar metode oral ini, karena mereka merasa benar-benar sulit dlam meemakai metode ini.
2. MEMBACA UJARAN
Anak tunarungau akan mengalami kesulitan dalam pengamatan suara melalui pendengaran, oleh karena itu ia harus menangkap bunyi atau suara seseorang melalui pengelihatan. Dalam dunia pendidikan disebut metode membaca ujaran.
a. Pengertian
Membaca ujaran adalah suatu kegiatan yang mencakup pengamatan visual dari bentuk dan gerak bibir lawan bicara sewaktu dalm proses bicara. Membaca ujaran mencakup pengertian atau pemberian makna pada apa yang di ucapkan lawan bicara diman ekspresi mukia dan pengetahuan bahasa turut berperan.
b. Kelemahan metode membaca ujaran:
Berdasar derajat kehilangan pendengaran
a. Banyak penelitian yang telah dilakukan tentang keterpahaman ujaran anak tunarungu pada berbagai tingkatan ketunarunguannya. Keterpahaman ujaran individu tunarungu bervariasi dari hampir normal hingga tak dapat dipahami sama sekali, kecuali oleh mereka yang mengenalnya dengan baik.
b. Hasil penelitian yang terkenal adalah yang dilakukan oleh Hudgins dan Numbers (1942), yang menganalisis ujaran 192 anak tunarungu berat dan berat sekali. Mereka menemukan bahwa kekurarngan dalam ujaran anak-anak ini adalah dalam hal ritme dan pemengalan frasa, suaranya agak monoton dan tidak ekspresif, dan tidak dapat menghasilkan warna suara yang alami. Mereka juga menemukan bermacam-macam kesalahan artikulasi pada bunyi-bunyi ujaran tertentu (kesalahan artikulasi vokal biasanya lebih sering daripada konsonan). Hudgins dan Numbers menemukan bahwa kurang dapat dipahaminya ujaran individu tunarungu itu lebih banyak diakibatkan oleh tidak normalnya ritme dan pemenggalan frasa daripada karena kesalahan artikulasi.
c. Tidak semua bunyi dapat terlihat pada bibir misal huruf huruf k, x, atau s
Adanya kesamaan antara berbagai bentuk bunyi bahasa, misalnya bunyi bahasa bilabial (p, b, m), dental (t,d,n) akan terlihat mempunyai bentuk yang sama pada bibir. Hanya sekitar 50% bunyi ujaran bahasa Inggris dapat terlihat pada bibir (Berger, 1972). Di antara 50% lainnya, sebagian dibuat di belakang bibir yang tertutup atau jauh di bagian belakang mulut sehingga tidak kelihatan, atau ada juga bunyi ujaran yang pada bibir tampak sama sehingga pembaca bibir tidak dapat memastikan bunyi apa yang dilihatnya. Hal ini sangat menyulitkan bagi mereka yang ketunarunguannya terjadi pada masa prabahasa. Seseorang dapat menjadi pembaca ujaran yang baik bila ditopang oleh pengetahuan yang baik tentang struktur bahasa sehingga dapat membuat dugaan yang tepat mengenai bunyi-bunyi yang "hilang" itu. Jadi orang tunarungu yang bahasanya normal biasanya merupakan pembaca ujaran yang lebih baik daripada tunarungu prabahasa, dan bahkan terdapat bukti bahwa orang non-tunarungu tanpa latihan dapat membaca bibir lebih baik daripada orang tunarungu yang terpaksa harus bergantung pada cara ini (Ashman & Elkins, 1994).
d. Lawan bicara harus terus berhadapan dengan tuna rungu
e. Bicara tidak boleh terlalu cepat, lambat, pengucapan kat yang di kulum, dan eksprisi muka yang kurang jelas juga dapat mempengaruhi penerimaan bahasa oleh anak tuna rungu
f. Membaca ujaran tidak akan berhasil jika penggunaanya hanya pada waktu latihan saja, ini harus dilakukan secara rutin.
Berdasar Usia Anak
a. Sebelum memiliki keterampilan berbicara anak harus sudah bisa membaca ujaran.
b. Banyak oraang tua kesulitan melaatih anak usia kecil karena mereka sulit dilatih yaitu mudah bosan, tidak mau konsentrasi, dll.
c. Banyak kata lepas yang tidak dapat dijelaskan dengan gambar secara fisik, misal jarang, maupun, walaupun, namun, dll.
Berdasar saat terjadinya
Bila terjadinya setelah anak dewasa maka anak akan mengalami kesulitan dalam memahami bahasa melalui membaca ujaran, karena mereka telah terbiasa dengan mendengar. Apalagi kalau kehilangan pendengaran itu sangat berat mereka akan benar-benaar kesulitan karena tidak terbiasa.
Kelemahan sistem baca ujaran ini dapat diatasi bila digabung dengan sistem cued speech (isyarat ujaran). Cued Speech adalah isyarat gerakan tangan untuk melengkapi membaca ujaran (speechreading).
Delapan bentuk tangan yang menggambarkan kelompok-kelompok konsonan diletakkan pada empat posisi di sekitar wajah yang menunjukkan kelompok-kelompok bunyi vokal. Digabungkan dengan gerakan alami bibir pada saat berbicara, isyarat-isyarat ini membuat bahasa lisan menjadi lebih tampak (Caldwell, 1997). Cued Speech dikembangkan oleh R. Orin Cornett, Ph.D. di Gallaudet University pada tahun 1965. Isyarat ini dikembangkan sebagai respon terhadap laporan penelitian pemerintah federal AS yang tidak puas dengan tingkat melek huruf di kalangan tunarungu lulusan sekolah menengah.
c. Kelebihan metode membaca ujaran
Berdasarkan saat terjadinya
Apabila terjadinya setelah anak dewasa maka akan sangat menguntungkan anak , karena anak telah mempunyai bekal bahasa yang cukup, jadi tidak akan menyulitkan.
Berdasar Usia Anak
Membaca ujaran merupakan alternatif paling baik dalam memperoleh bahasa reseptif. Sehingga ketika dewasa anak akan mampu memahami bahasa orang lain melalui ujaran.
Berdasar Derajat Kehilangan Pendengaran
Memahami bahasa melalui ujaran sangat menguntungkan bagi anak tuna rungu, apalagi yang menderita derajat kehilangan tingkat tinggi atau tuli, karena mereka sama sekali tidak mampu mendengar, sehingga dengan metode membaca ujaran ini sangat membantu mereka.
3. METODE MANUAL
a. Pengertian
Metode manual yaitu suatu cara mengajar dan atau melatih anak tuna rungu untuk berkomunikasi dengan isyarat dan ejaan. Bahas amanual atau bahasa isyarat mempunyai unsur gesti atau gerakan tangan yang ditangkap melalui penglihatan atau suatu bahasa yang menggunakan modalitas gesti visual. Bahasa isyarat ini memiliki beberapa komponen yaitu:
Ungkapan badaniah
Bahasa isyarat total
Bahasa isyarat formal
b. Kelebihan metode manual
Berdasar saat terjadinya
Apabila terjadinya sejak lahir anak lebih mudah menggunakn karena telah terbias adan terlatih, walaupun metode ini bukan metode yang utama untuk dianjurkan digunakan. Bila terjadinya telah dewasa maka ini sangat membantu karena mereka kesulitan memahami ujaran, dan bahasa isyaraat mudah di pelajari.
Berdasar Derajat kehilangan pendengarnnya
Apabila derajat kehilangan pendengarannya sangat tinggi maka akan lebih mudah menggunakn karena lebih mudah dipelajari daripada metode membaca ujaran yang mereka benar-benar tidak memahami , walaupun metode ini bukan metode yang utama untuk dianjurkan digunakan.
Berdasar usia anak
Anak biasanya lebih suka menggunakan bahasa manual daripada bahasa lisan, jadi ini sangat mudah dipelajari oleh anak, apalagi kalau usianya masih muda, namun metode ini jangan dijadikan metode utama karena tidak semua orang mengerti.
c. Kelemahan Metode Manual
Untuk masing-masing penyebab kejadian apakah itu usia anak, derajat kehilangannya, dan kapan terjadinya, kelemahnnya hampir sama
menyebabkan terasingnya anak tuna rungu ari masyarakaat pada umumnya
bahasa manual dipandang negatif oleh masyarakat karena dinilai kurang dapat meragakan pikiran yang abstrak, kurang fleksibel, dan kurang berdiferensiasi.
Ashman & Elkins (1994) mengemukakan bahwa bahasa manual yang baku memberikan gambaran lengkap tentang bahasa kepada tunarungu, sehingga mereka perlu mempelajarinya dengan baik. Akan tetapi tidak semua siswa tunarungu menggunakan bahasa manual, terutama yang pengajarannya menggunakan metode oral/aural.
Tidak semua orang mengerti bahasa isyarat sehingga memungkinkan terhambat ya komunikasi.
4. METODE ISYARAT
a. Pengertian
Suatu ungkapan manual dalam bentuk isyarat baik bersifat konvensional, sama persis dengan bahasa lisan,dll.
Bahasa isyarat di bagi menjadi:
a. Bahasa isyarat Lokal
b. Bahasa isyarat Formal
b. Kelemahan bahasa isyarat :
Untuk masing-masing penyebab kejadian apakah itu usia anak, derajat kehilangannya, dan kapan terjadinya, kelemahnnya hampir sama
menyebabkan terasingnya anak tuna rungu ari masyarakaat pad umumnya
bahasa isyarat dipandang negatif oleh masyarakat karena dinilai kurang dapat meragakan pikiran yang abstrak, kurang fleksibel, dan kurang berdiferesiasi.
Ashman & Elkins (1994) mengemukakan bahwa bahasa isyarat yang baku memberikan gambaran lengkap tentang bahasa kepada tunarungu, sehingga mereka perlu mempelajarinya dengan baik. Akan tetapi tidak semua siswa tunarungu menggunakan bahasa isyarat, terutama yang pengajarannya menggunakan metode oral/aural.
c. Kelebihan bahasa isyarat
Untuk masing-masing penyebab kejadian apakah itu usia anak, derajat kehilangannya, dan kapan terjadinya, kelemahnnya hampir sama
sistem isyarat ini adalah mudah dipelajari (hanya dalam waktu 18 jam), dapat dipergunakan untuk mengisyaratkan segala macam kata (termasuk kata-kata prokem) maupun bunyi-bunyi non-bahasa. Anak tunarungu yang tumbuh dengan menggunakan cued speech ini mampu membaca dan menulis setara dengan teman-teman sekelasnya yang non-tunarungu (Wandel, 1989 dalam Caldwell, 1997).
5. METODE KOMTAL
anak tuna rungu tidak dapat berkomunikasi dengan mengandalkan bahasa lisan atau oral saja. karena bahasa lisan anak tuna rungu tidak dapat berkembang secara wajar. mereka miskin dalam lambang bahasa, terutama lambang bahasa lisan. sebagai akibtnya mereka menggunakan cara lain sebagai penganti bahasa lisan yaitu dengan isyarat. isyarat-isyarat yang mereka gunakan sangat beraneka ragam sehingga sulit dipahami oleh lawan bicaranya. masyarakat mendengar mengalami kesulitan dalam memahami isyarat yang mereka gunakan, sehingga anak tunarungu mengalami hambatn dalam penyesuaian diri denganmasyarakat. Mereka terisolir, sehingga keadaan tersebut dapat menimbulkan gangguan pdikologis dalam bentuk wujud ras arendah diri, mersa terasing, daan sikap-siap frustasi lainnya.
Komunikasi total pada prinsipnya menekankankan bahwa setiap anak tuna rungu berhak ats segla saarana komunikasi yaitu bicara, membaca ujaran, menulis, ” mendengar”, membaca, ejaan jari, isyarat, dan sebagainya. Komunikasi total bukanlah merupakan suatu konsep yang sama sekali baru tetapi lebih merupakan suatu idea atau konsep lama yang kemudian mendapat perumusan baaaru setelah diperkuat dengan data penelitian dan perkembangan ilmu pengethuan yang mutkhir.
a. Pengertian
Menurut Denton ( 1970)
komtal merupakan keseluruhan spektrum daari modus bahasa yakni isyarat yang di buat anak, bahasa isyarat yang baku, bicara, membaca ujaran, menulis, dan sisa pendengaran. Menurut Brill (1986) dalam seminar London mengatakan
komtal meliputi penggunaan salh satu modus aatau semua cara komunikasi yaaitu penggunaan sistem isyarat, ejaan jari, bicara, baaca ujaran, amplifikasi, gesti, pantomimik, menggambar, dan menulis, serta pemanfaatan sisa pendengaran sesuai keburuhan dan kemampuan perorangan.
Menurut Garretson (1976)
Komtal bukan merupakan suaatu metode ataupun car amengajar tertentu melainkan merupakan suatu pendekatan falsafah yang memungkinkan terciptanya suatu iklim komunikasi yang luwes bagi kaum tuli.
Menurut Hyde, M Gravalt, Austrlia, 1983)
Komtal menggambarkan suatu falsafah tentang komunikasi bukan suaaati metode pengajaran atau cara komunikasi melainkan dapat diumpamakan sebaagai tujuan pendidikan. Tujuannya adlah mengungkapkan bahasa yang digunakan masyarakat dalam berbagai cara (meliputi bicara, baca ujaran, isyarat, ejaan jari, membaca, dan menulis) sehingga memungkinkan komunikasi yang lengkap.
Komtal adalah salah satu falsafah yang mencakup cara komunikasi oraal, aural, dan manual sehingga terjadi komunikasi yang efektif dengan dan diantara kaum tuna rungu.
DAPAT DISIMPULKAN
Dari beberapa pendapat d imuka dapat disimpulkan bahwa komtal adalah konsep pendidikan bagi kaum tuna rungu yang menganjurkan di gunakannya semua media komunikasi untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Konsep ini bisa diterima berdasarkan beberapa alasan antaralain:
a. Kaum tuna rungu mempunyai hak memilih media komunikasi yang cocok sesuai dengan keadaan fisiknya. Karena kemampuan mendengar yang terbatas, maka media komunikasi yang cocok bagi mereka adalah media yang tidak terlalu menuntut penggunaan pendengaran.
b. Pemakaian media komunikasi yang cocok meningkaatkan keberhasilan berkomunikasi. Hal ini akan mempertebal rasa percaya diri kaum tuna rungu.
c. Salah satu bentuk media yang digunakan dalam komunikasi total adalah isyarat yang memiliki perbedaan makna visual.
Tujuan penerapan komunikasi total adalah meningkatkan keterampilan berbahasa dalam segala aspek. Karena itu komponen komunikasi total yaituisyarat dan ejaan adalah konsep yang membedakan komunikasi total dengan konsep lainnya.
b. Kelebihan Metode KOMTAL
Untuk masing-masing penyebab kejadian apakah itu usia anak, derajat kehilangannya, dan kapan terjadinya, kelemahnnya hampir sama
Metode komtal lebih efektif digunakan karena memadukan berbagai metode-metode komunikasi.
Apabila dalam berkomunikasi dengan masyarakat luar bisa menggunakan alternatif metode-metode lain jika mereka tidak mengerti maksud anak tuna rungu.
Anak tuna rungu lebih mudah bergaul karena mereka menguasai berbagai metode, sehingga dapat menyesuaikan diri.
Masyarakat akan menerima keadaan anak tuna rungu karena tidak ada hambatan dalam berkomunikasi.
c.Kelemahan Metode KOMTAL
Tidak semua anak tuna rungu dapat menguasai berbagai metode yang dipadukan
Kebiasaan anak yang hanya menggunakan satu metode komunikasi saja semakin mempersulit metode ini
Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan manusia. Karena melalui bahasa manusia berinteraksi dengan manusia lainnya. Oleh karena itu manusia dituntut untuk dapaaat menguasai bahasa yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya. Namun, untuk menguasai bahasa harus melalui proses, artinya sebelum manusia menguasai bahasa, manusia harus terlebih dahulu mendengar, bahasa yang diucapkan orang lain. Melalui pendengaran manusia meniru perkataan yang dikatakan oleh orang lain. Begitupun dalam belajar bahasa. Anak normal dalam menguasai bahasa tidak begitu mengalami kesulitan, karena ia telah mampu mendengar sehingga secara otomatis mereka mampu meniru apa yang dikaatakan oleh orang lain. Dan melalui pengalaman ini mereka mampu mengungkapkan keinginannya melalui bahasa, sehingga akan terpenuhi kebutuhannya.
Berbeda dengan perkembangan bahasa Anak Tuna Rungu, pada aawalnya perkembangan bahasa mereka seperti anak normal, namun setelah masa meraban, mereka akan menjadi bisu. Konsosnan yang diucapkan pada masa meraban akan hilang satu persatu dan akhirnya huruf vokal akan hilang juga (Prof Ewing). Untuk itu mereka memerlukan metode-metode penbembangan dalam komunikasinya. Metode-metode ini jharus disesuaikan dengan saat terjadinya ketunarunguan, derajat kehilangan pendengaran, dan usia anak. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai metode oral, metode membaca ujaran, metode isyarat, metode manual, dan metode komtal (komunikasi total). Namun masing-masing metode ini mempunyai berbagai kelemahan dan kelebihan berdasarkan saat terjadinya ketunarungaun, usia penderita, dan derajat kehilangan pendengaran.
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan pengertian metode oral, metode isyarat, metode membaaca ujaran, metode manual, dan metode komtal!
2. Apakah kelemah dan kelebihan masing-masing metode diatas?
BAB II
PEMBAHASAN
1. METODE ORAL
A. Pengertian
Metode oral merupakan salah satu cara untuk melatih anak tunarungu agar dapat berkomunikasi secara lisan (verbal) dengan lingkungan orang mendengar. Agar anak tunarungu mampu berbicara dituntut adanya partisipasi dari orang-orang sekelilingnya, yaitu dengan melibatkan anak tuna rungu bicara secara lisan dalam setiap kesempatan.
Menurut Van Uden untuk keberhasilan dalam metode ini perlu menerapkan prinsip Cybernetik ( umpan balik, yaitu prinsip yang menekankan adanya suatu pengontrolann diri). Setiap gerak organ bicara yang menimbulkan bunyi, dirasakan dan diamati sehingga hal itu akan memberi umpan balik terhadap gerakannya yang akan menimbulkan bunyi selanjutnya.
Pendekatan oral didasarkan atas premis mendasar bahwa memperoleh kompetensi dalam bahasa lisan, baik secara reseptif maupun ekspresif, merupakan tujuan yang realistis bagi anak tunarungu. Kemampuan ini akan berkembang dengan sebaik-baiknya dalam lingkungan di mana bahasa lisan dipergunakan secara eksklusif. Lingkungan tersebut mencakup lingkungan rumah dan sekolah (Stone, 1997).
Elemen-elemen pendekatan oral yang sangat penting untuk menjamin keberhasilannya mencakup:
- Keterlibatan orang tua. Untuk memperoleh bahasa dan ujaran yang efektif menuntut peran aktif orang tua dalam pendidikan bagi anaknya.
- Upaya intervensi dini yang berfokus pada pendidikan bagi orang tua untuk menjadi partner komunikasi yang efektif.
- Upaya-upaya di dalam kelas untuk mendukung keterlibatan anak tunarungu dalam kegiatan kelas.
- Amplifikasi yang tepat. Alat bantu dengar merupakan pilihan utama, tetapi bila tidak efektif, penggunaan cochlear implant merupakan opsi yang memungkinkan Mengajari anak mengunakan sisa pendengaran yang masih dimilikinya untuk mengembangkan perolehan bahasa lisan merupakan hal yang mendasar bagi pendekatan oral. Meskipun dimulai sebelum anak masuk sekolah, intervensi oral berlanjut di kelas. Anak diajari keterampilan mendengarkan yang terdiri dari empat tingkatan, yaitu deteksi, diskriminasi, identifikasi, dan pemahaman bunyi. Karena tujuan pengembangan keterampilan mendengarkan itu adalah untuk mengembangkan kompetensi bahasa lisan, maka bunyi ujaran (speech sounds) merupakan stimulus utama yang dipergunakan dalam kegiatan latihan mendengarkan itu. Pengajaran dilakukan dalam dua tahapan yang saling melengkapi, yaitu tahapan fonetik (mengembangkan keterampilan menangkap suku-suku kata secara terpisah-pisah) dan tahapan fonologik (mengembangkan keterampilan memahami kata-kata, frase, dan kalimat). Pengajaran bahasa dilaksanakan secara naturalistik dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada diri anak, tidak dalam setting didaktik. Pada masa prasekolah, pengajaran bagi anak dan pengasuhnya dilakukan secara individual, tetapi pada masa sekolah pengajaran dilaksanakan dalam setting kelas inklusif atau dalam kelas khusus bagi tunarungu di sekolah reguler. Setting pengajaran ini tergantung pada keterampilan sosial, komunikasi dan belajar anak
Pendekatan auditori-verbal bertujuan agar anak tunarungu tumbuh dalam lingkungan hidup dan belajar yang memungkinkanya menjadi warga yang mandiri, partisipatif dan kontributif dalam masyarakat inklusif. Falsafah auditori-verbal mendukung hak azazi manusia yang mendasar bahwa anak penyandang semua tingkat ketunarunguan berhak atas kesempatan untuk mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan dan menggunakan komunikasi verbal di dalam lingkungan keluarga dan masyarakatnya. Pendekatan auditori verbal didasarkan atas prinsip mendasar bahwa penggunaan amplifikasi memungkinkan anak belajar mendengarkan, memproses bahasa verbal, dan berbicara. Opsi auditori verbal merupakan strategi intervensi dini, bukan prinsip-prinsip yang harus dijalankan dalam pengajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk mengajarkan prinsip-prinsip auditori verbal kepada orang tua yang mempunyai bayi tunarungu (Goldberg, 1997).
Prinsip-prinsip praktek auditori verbal itu adalah sebagai berikut:
- Berusaha sedini mungkin mengidentifikasi ketunarunguan pada anak, idealnya di klinik perawatan bayi.
- Memberikan perlakuan medis terbaik dan teknologi amplifikasi bunyi kepada anak tunarungu sedini mungkin.
- Membantu anak memahami makna setiap bunyi yang didengarnya, dan mengajari orang tuanya cara membuat agar setiap bunyi bermakna bagi anaknya sepanjang hari.
- Membantu anak belajar merespon dan menggunakan bunyi sebagaimana yang dilakukan oleh anak yang berpendengaran normal.
- Menggunakan orang tua anak sebagai model utama untuk belajar ujaran dan komunikasi lisan.
- Berusaha membantu anak mengembangkan sistem auditori dalam (inner auditory system) sehingga dia menyadari suaranya sendiri dan akan berusaha mencocokkan apa yang diucapkannnya dengan apa yang didengarnya.
- Memahami bagaimana anak yang berpendengaran normal mengembangkan kesadaran bunyi, pendengaran, bahasa, dan pemahaman, dan menggunakan pengetahuan ini untuk membantu anak tunarungu mempelajari keterampilan baru.
- Mengamati dan mengevaluasi perkembangan anak dalam semua bidang.
- Mengubah program latihan bagi anak bila muncul kebutuhan baru.
- Membantu anak tunarungu berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan maupun sosial bersama-sama dengan anak-anak yang berpendengaran normal dengan memberikan dukungan kepadanya di kelas reguler.
B. Kelemahan metode oral:
Berdasar saat terjadinya kehilangan pendengaran
Apabila kehilangan pendengaran terjadi sejak saat lahir maka anak akan sulit mempelajari metode ini, karena sejak kecil ia tidak pernah memperoleh informasi bahasa melalui pendengaran sehingga mengalami kesulitan dalam menyampaikan keinginan dengan metode oral darena kemiskinan bahasa.
Berdasar derajat kehilangan pendengaran
a. semakin berat derajat kehilangan pendengaran seorang maka semakin sulit mempelajari metode ini, karena sejak kecil ia tidak pernah memperoleh onformasi bahas melalui pendengaran sehingga mengalami kesulitan dalam menyampaikan keinginan dengan metode oral darena kemiskinan bahasa.
b. Meskipun dalam lingkungan auditer terbaik, jumlah bunyi ujaran yang dapat dikenali oleh tunarungu berat secara cukup baik untuk memungkinkannya memperoleh gambaran yang lengkap tentang struktur sintaksis dan fonologi bahasa itu terbatas. Tetapi ini tidak berarti bahwa penyandang ketunarunguan yang berat sekali tidak dapat memperoleh manfaat dari bunyi yang diamplifikasi. Yang menjadi masalah besar dalam hal ini adalah bahwa individu tunarungu jarang dapat mendengarkan bunyi ujaran dalam kondisi optimal. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan individu tunarungu tidak dapat memperoleh manfaat yang maksimal dari alat bantu dengar yang dipergunakannya. Di samping itu, banyak penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar alat bantu dengar yang dipergunakan individu tunarungu itu tidak berfungsi dengan baik akibat kehabisan batrai dan earmould yang tidak cocok.
Berdasar usia anak
Usia anak yang masih kecil juga mempersulit penyampaian bahasa melalui metode oral, karena pengalaman bahasa yang diperoleh anak baru sedikit mengingat usia anak masih kecil.
C. Kelebihan metode oral
Berdasar saat terjadinya
Bila terjadinya setelah anak-anak maka anak akan lebih mudah mempelajari dan menggunakan metode oral dalam kehidupan sehari-hari karena selain mudah dimengerti oleh lingkungan ia juga telah menguasai bahasa oral ketika pendengarannya masih normal.
Berdasar Usia Anak
a. Semakin besar usia anak maka semakin Memotivasi anak untuk berbicara secara lisan.
b. Keuntungan utama pendekatan oral ini adalah bahwa anak mampu berkomunikasi secara langsung dengan berbagai macam individu, yang pada gilirannya dapat memberi anak berbagai kemungkinan pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial. Geers dan Moog (1989 dalam Stone, 1997) melaporkan bahwa 88% dari 100 siswa tunarungu usia 16 dan 17 tahun yang ditelitinya memiliki kecakapan berbahasa lisan dan memiliki tingkat keterpahaman ujaran yang tinggi. Kemampuan rata-rata membacanya adalah pada tingkatan usia 13 hingga 14 tahun, yang hampir dua kali lipat rata-rata kemampuan baca seluruh populasi anak tunarungu di Amerika Serikat.
c. menurut Hasil penelitian terhadap sejumlah tamatan program auditori verbal di Amerika Serikat dan Kanada (Goldberg & Flexer, 1993, dalam Goldberg, 1997) menunjukkan bahwa mayoritas responden terintegrasi ke dalam lingkungan belajar dan lingkungan hidup "reguler". Kebanyakan dari mereka bersekolah di sekolah biasa di dalam lingkungannya, masuk ke lembaga pendidikan pasca sekolah menengah yang tidak dirancang khusus bagi tunarungu, dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Di samping itu, keterampilan membacanya setara atau lebih baik daripada anak-anak berpendengaran normal (Robertson & Flexer, 1993, dalam Goldberg, 1997).
Berdasar Derajat kehilangan pendengarannya
Semakin berat derajat kehilangan pendengarannya maka semakin memotivasi anak untuk belajar metode oral ini, karena mereka merasa benar-benar sulit dlam meemakai metode ini.
2. MEMBACA UJARAN
Anak tunarungau akan mengalami kesulitan dalam pengamatan suara melalui pendengaran, oleh karena itu ia harus menangkap bunyi atau suara seseorang melalui pengelihatan. Dalam dunia pendidikan disebut metode membaca ujaran.
a. Pengertian
Membaca ujaran adalah suatu kegiatan yang mencakup pengamatan visual dari bentuk dan gerak bibir lawan bicara sewaktu dalm proses bicara. Membaca ujaran mencakup pengertian atau pemberian makna pada apa yang di ucapkan lawan bicara diman ekspresi mukia dan pengetahuan bahasa turut berperan.
b. Kelemahan metode membaca ujaran:
Berdasar derajat kehilangan pendengaran
a. Banyak penelitian yang telah dilakukan tentang keterpahaman ujaran anak tunarungu pada berbagai tingkatan ketunarunguannya. Keterpahaman ujaran individu tunarungu bervariasi dari hampir normal hingga tak dapat dipahami sama sekali, kecuali oleh mereka yang mengenalnya dengan baik.
b. Hasil penelitian yang terkenal adalah yang dilakukan oleh Hudgins dan Numbers (1942), yang menganalisis ujaran 192 anak tunarungu berat dan berat sekali. Mereka menemukan bahwa kekurarngan dalam ujaran anak-anak ini adalah dalam hal ritme dan pemengalan frasa, suaranya agak monoton dan tidak ekspresif, dan tidak dapat menghasilkan warna suara yang alami. Mereka juga menemukan bermacam-macam kesalahan artikulasi pada bunyi-bunyi ujaran tertentu (kesalahan artikulasi vokal biasanya lebih sering daripada konsonan). Hudgins dan Numbers menemukan bahwa kurang dapat dipahaminya ujaran individu tunarungu itu lebih banyak diakibatkan oleh tidak normalnya ritme dan pemenggalan frasa daripada karena kesalahan artikulasi.
c. Tidak semua bunyi dapat terlihat pada bibir misal huruf huruf k, x, atau s
Adanya kesamaan antara berbagai bentuk bunyi bahasa, misalnya bunyi bahasa bilabial (p, b, m), dental (t,d,n) akan terlihat mempunyai bentuk yang sama pada bibir. Hanya sekitar 50% bunyi ujaran bahasa Inggris dapat terlihat pada bibir (Berger, 1972). Di antara 50% lainnya, sebagian dibuat di belakang bibir yang tertutup atau jauh di bagian belakang mulut sehingga tidak kelihatan, atau ada juga bunyi ujaran yang pada bibir tampak sama sehingga pembaca bibir tidak dapat memastikan bunyi apa yang dilihatnya. Hal ini sangat menyulitkan bagi mereka yang ketunarunguannya terjadi pada masa prabahasa. Seseorang dapat menjadi pembaca ujaran yang baik bila ditopang oleh pengetahuan yang baik tentang struktur bahasa sehingga dapat membuat dugaan yang tepat mengenai bunyi-bunyi yang "hilang" itu. Jadi orang tunarungu yang bahasanya normal biasanya merupakan pembaca ujaran yang lebih baik daripada tunarungu prabahasa, dan bahkan terdapat bukti bahwa orang non-tunarungu tanpa latihan dapat membaca bibir lebih baik daripada orang tunarungu yang terpaksa harus bergantung pada cara ini (Ashman & Elkins, 1994).
d. Lawan bicara harus terus berhadapan dengan tuna rungu
e. Bicara tidak boleh terlalu cepat, lambat, pengucapan kat yang di kulum, dan eksprisi muka yang kurang jelas juga dapat mempengaruhi penerimaan bahasa oleh anak tuna rungu
f. Membaca ujaran tidak akan berhasil jika penggunaanya hanya pada waktu latihan saja, ini harus dilakukan secara rutin.
Berdasar Usia Anak
a. Sebelum memiliki keterampilan berbicara anak harus sudah bisa membaca ujaran.
b. Banyak oraang tua kesulitan melaatih anak usia kecil karena mereka sulit dilatih yaitu mudah bosan, tidak mau konsentrasi, dll.
c. Banyak kata lepas yang tidak dapat dijelaskan dengan gambar secara fisik, misal jarang, maupun, walaupun, namun, dll.
Berdasar saat terjadinya
Bila terjadinya setelah anak dewasa maka anak akan mengalami kesulitan dalam memahami bahasa melalui membaca ujaran, karena mereka telah terbiasa dengan mendengar. Apalagi kalau kehilangan pendengaran itu sangat berat mereka akan benar-benaar kesulitan karena tidak terbiasa.
Kelemahan sistem baca ujaran ini dapat diatasi bila digabung dengan sistem cued speech (isyarat ujaran). Cued Speech adalah isyarat gerakan tangan untuk melengkapi membaca ujaran (speechreading).
Delapan bentuk tangan yang menggambarkan kelompok-kelompok konsonan diletakkan pada empat posisi di sekitar wajah yang menunjukkan kelompok-kelompok bunyi vokal. Digabungkan dengan gerakan alami bibir pada saat berbicara, isyarat-isyarat ini membuat bahasa lisan menjadi lebih tampak (Caldwell, 1997). Cued Speech dikembangkan oleh R. Orin Cornett, Ph.D. di Gallaudet University pada tahun 1965. Isyarat ini dikembangkan sebagai respon terhadap laporan penelitian pemerintah federal AS yang tidak puas dengan tingkat melek huruf di kalangan tunarungu lulusan sekolah menengah.
c. Kelebihan metode membaca ujaran
Berdasarkan saat terjadinya
Apabila terjadinya setelah anak dewasa maka akan sangat menguntungkan anak , karena anak telah mempunyai bekal bahasa yang cukup, jadi tidak akan menyulitkan.
Berdasar Usia Anak
Membaca ujaran merupakan alternatif paling baik dalam memperoleh bahasa reseptif. Sehingga ketika dewasa anak akan mampu memahami bahasa orang lain melalui ujaran.
Berdasar Derajat Kehilangan Pendengaran
Memahami bahasa melalui ujaran sangat menguntungkan bagi anak tuna rungu, apalagi yang menderita derajat kehilangan tingkat tinggi atau tuli, karena mereka sama sekali tidak mampu mendengar, sehingga dengan metode membaca ujaran ini sangat membantu mereka.
3. METODE MANUAL
a. Pengertian
Metode manual yaitu suatu cara mengajar dan atau melatih anak tuna rungu untuk berkomunikasi dengan isyarat dan ejaan. Bahas amanual atau bahasa isyarat mempunyai unsur gesti atau gerakan tangan yang ditangkap melalui penglihatan atau suatu bahasa yang menggunakan modalitas gesti visual. Bahasa isyarat ini memiliki beberapa komponen yaitu:
Ungkapan badaniah
Bahasa isyarat total
Bahasa isyarat formal
b. Kelebihan metode manual
Berdasar saat terjadinya
Apabila terjadinya sejak lahir anak lebih mudah menggunakn karena telah terbias adan terlatih, walaupun metode ini bukan metode yang utama untuk dianjurkan digunakan. Bila terjadinya telah dewasa maka ini sangat membantu karena mereka kesulitan memahami ujaran, dan bahasa isyaraat mudah di pelajari.
Berdasar Derajat kehilangan pendengarnnya
Apabila derajat kehilangan pendengarannya sangat tinggi maka akan lebih mudah menggunakn karena lebih mudah dipelajari daripada metode membaca ujaran yang mereka benar-benar tidak memahami , walaupun metode ini bukan metode yang utama untuk dianjurkan digunakan.
Berdasar usia anak
Anak biasanya lebih suka menggunakan bahasa manual daripada bahasa lisan, jadi ini sangat mudah dipelajari oleh anak, apalagi kalau usianya masih muda, namun metode ini jangan dijadikan metode utama karena tidak semua orang mengerti.
c. Kelemahan Metode Manual
Untuk masing-masing penyebab kejadian apakah itu usia anak, derajat kehilangannya, dan kapan terjadinya, kelemahnnya hampir sama
menyebabkan terasingnya anak tuna rungu ari masyarakaat pada umumnya
bahasa manual dipandang negatif oleh masyarakat karena dinilai kurang dapat meragakan pikiran yang abstrak, kurang fleksibel, dan kurang berdiferensiasi.
Ashman & Elkins (1994) mengemukakan bahwa bahasa manual yang baku memberikan gambaran lengkap tentang bahasa kepada tunarungu, sehingga mereka perlu mempelajarinya dengan baik. Akan tetapi tidak semua siswa tunarungu menggunakan bahasa manual, terutama yang pengajarannya menggunakan metode oral/aural.
Tidak semua orang mengerti bahasa isyarat sehingga memungkinkan terhambat ya komunikasi.
4. METODE ISYARAT
a. Pengertian
Suatu ungkapan manual dalam bentuk isyarat baik bersifat konvensional, sama persis dengan bahasa lisan,dll.
Bahasa isyarat di bagi menjadi:
a. Bahasa isyarat Lokal
b. Bahasa isyarat Formal
b. Kelemahan bahasa isyarat :
Untuk masing-masing penyebab kejadian apakah itu usia anak, derajat kehilangannya, dan kapan terjadinya, kelemahnnya hampir sama
menyebabkan terasingnya anak tuna rungu ari masyarakaat pad umumnya
bahasa isyarat dipandang negatif oleh masyarakat karena dinilai kurang dapat meragakan pikiran yang abstrak, kurang fleksibel, dan kurang berdiferesiasi.
Ashman & Elkins (1994) mengemukakan bahwa bahasa isyarat yang baku memberikan gambaran lengkap tentang bahasa kepada tunarungu, sehingga mereka perlu mempelajarinya dengan baik. Akan tetapi tidak semua siswa tunarungu menggunakan bahasa isyarat, terutama yang pengajarannya menggunakan metode oral/aural.
c. Kelebihan bahasa isyarat
Untuk masing-masing penyebab kejadian apakah itu usia anak, derajat kehilangannya, dan kapan terjadinya, kelemahnnya hampir sama
sistem isyarat ini adalah mudah dipelajari (hanya dalam waktu 18 jam), dapat dipergunakan untuk mengisyaratkan segala macam kata (termasuk kata-kata prokem) maupun bunyi-bunyi non-bahasa. Anak tunarungu yang tumbuh dengan menggunakan cued speech ini mampu membaca dan menulis setara dengan teman-teman sekelasnya yang non-tunarungu (Wandel, 1989 dalam Caldwell, 1997).
5. METODE KOMTAL
anak tuna rungu tidak dapat berkomunikasi dengan mengandalkan bahasa lisan atau oral saja. karena bahasa lisan anak tuna rungu tidak dapat berkembang secara wajar. mereka miskin dalam lambang bahasa, terutama lambang bahasa lisan. sebagai akibtnya mereka menggunakan cara lain sebagai penganti bahasa lisan yaitu dengan isyarat. isyarat-isyarat yang mereka gunakan sangat beraneka ragam sehingga sulit dipahami oleh lawan bicaranya. masyarakat mendengar mengalami kesulitan dalam memahami isyarat yang mereka gunakan, sehingga anak tunarungu mengalami hambatn dalam penyesuaian diri denganmasyarakat. Mereka terisolir, sehingga keadaan tersebut dapat menimbulkan gangguan pdikologis dalam bentuk wujud ras arendah diri, mersa terasing, daan sikap-siap frustasi lainnya.
Komunikasi total pada prinsipnya menekankankan bahwa setiap anak tuna rungu berhak ats segla saarana komunikasi yaitu bicara, membaca ujaran, menulis, ” mendengar”, membaca, ejaan jari, isyarat, dan sebagainya. Komunikasi total bukanlah merupakan suatu konsep yang sama sekali baru tetapi lebih merupakan suatu idea atau konsep lama yang kemudian mendapat perumusan baaaru setelah diperkuat dengan data penelitian dan perkembangan ilmu pengethuan yang mutkhir.
a. Pengertian
Menurut Denton ( 1970)
komtal merupakan keseluruhan spektrum daari modus bahasa yakni isyarat yang di buat anak, bahasa isyarat yang baku, bicara, membaca ujaran, menulis, dan sisa pendengaran. Menurut Brill (1986) dalam seminar London mengatakan
komtal meliputi penggunaan salh satu modus aatau semua cara komunikasi yaaitu penggunaan sistem isyarat, ejaan jari, bicara, baaca ujaran, amplifikasi, gesti, pantomimik, menggambar, dan menulis, serta pemanfaatan sisa pendengaran sesuai keburuhan dan kemampuan perorangan.
Menurut Garretson (1976)
Komtal bukan merupakan suaatu metode ataupun car amengajar tertentu melainkan merupakan suatu pendekatan falsafah yang memungkinkan terciptanya suatu iklim komunikasi yang luwes bagi kaum tuli.
Menurut Hyde, M Gravalt, Austrlia, 1983)
Komtal menggambarkan suatu falsafah tentang komunikasi bukan suaaati metode pengajaran atau cara komunikasi melainkan dapat diumpamakan sebaagai tujuan pendidikan. Tujuannya adlah mengungkapkan bahasa yang digunakan masyarakat dalam berbagai cara (meliputi bicara, baca ujaran, isyarat, ejaan jari, membaca, dan menulis) sehingga memungkinkan komunikasi yang lengkap.
Komtal adalah salah satu falsafah yang mencakup cara komunikasi oraal, aural, dan manual sehingga terjadi komunikasi yang efektif dengan dan diantara kaum tuna rungu.
DAPAT DISIMPULKAN
Dari beberapa pendapat d imuka dapat disimpulkan bahwa komtal adalah konsep pendidikan bagi kaum tuna rungu yang menganjurkan di gunakannya semua media komunikasi untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Konsep ini bisa diterima berdasarkan beberapa alasan antaralain:
a. Kaum tuna rungu mempunyai hak memilih media komunikasi yang cocok sesuai dengan keadaan fisiknya. Karena kemampuan mendengar yang terbatas, maka media komunikasi yang cocok bagi mereka adalah media yang tidak terlalu menuntut penggunaan pendengaran.
b. Pemakaian media komunikasi yang cocok meningkaatkan keberhasilan berkomunikasi. Hal ini akan mempertebal rasa percaya diri kaum tuna rungu.
c. Salah satu bentuk media yang digunakan dalam komunikasi total adalah isyarat yang memiliki perbedaan makna visual.
Tujuan penerapan komunikasi total adalah meningkatkan keterampilan berbahasa dalam segala aspek. Karena itu komponen komunikasi total yaituisyarat dan ejaan adalah konsep yang membedakan komunikasi total dengan konsep lainnya.
b. Kelebihan Metode KOMTAL
Untuk masing-masing penyebab kejadian apakah itu usia anak, derajat kehilangannya, dan kapan terjadinya, kelemahnnya hampir sama
Metode komtal lebih efektif digunakan karena memadukan berbagai metode-metode komunikasi.
Apabila dalam berkomunikasi dengan masyarakat luar bisa menggunakan alternatif metode-metode lain jika mereka tidak mengerti maksud anak tuna rungu.
Anak tuna rungu lebih mudah bergaul karena mereka menguasai berbagai metode, sehingga dapat menyesuaikan diri.
Masyarakat akan menerima keadaan anak tuna rungu karena tidak ada hambatan dalam berkomunikasi.
c.Kelemahan Metode KOMTAL
Tidak semua anak tuna rungu dapat menguasai berbagai metode yang dipadukan
Kebiasaan anak yang hanya menggunakan satu metode komunikasi saja semakin mempersulit metode ini
anak berbakat
RANGKUMAN ANAK BERBAKAT
A. PERLUNYA PENDIDIKAN KHUSUS UNTUK ANAK BERBAKAT
Anak berbakat berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Sehingga mereka memerlukan pendidikan khusus, ada empat alasan perlunya pendidikan khusus bagi anak berbakat:
Konsep kesamaan kesempatan memperoleh pendidikan menunjukkan kesempatan untuk mengembangkan potensi individual seoptimal mungkin
Anak berbekat sering gagal mencapai prestasi yang sesuai dengan potensi mereka tanpa dukungan tambahan
Keberbakatan diperoleh dari pelayanan khusus
Kegagalan mempertemukan kebutuhan-kebutuhan anak berbakat dapat menimbulkan kerugian yang luar biasa hebat bukan hanya bagi anak berbakat sendiri tetapi juga bagi masyarakat sevcara keseluruhan.
B. PENGERTIAN ANAK BERBAKAT
Pada tahun 1950-an pendidik di Amerika Serikat berusaha memberikan pengertian yang lebih luas tentang pengertian anak berbakat yaitu anak yang memperlihatkan secara konsisten penampilan luar biasa hebat dalam suatu bidang yang berfaedah. Namun, menurut Newland definisi itu mempunyai berbagai kelemahan.Demikian pula dengan definisi yang diberikan oleh Newland menuai banyak kritikan.
Definisi keberbakatan di Indonesia(disepakati pada seminar pengembangan pendidikan luar biasa di Jakarta pada 15-17 September 1980) menyebutkan anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang profesional diidentifikasikan sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul. Anak-anak tersebut memerlukan program-program pendidikan yang berdiferensi dan atau pelayanan di luar jangkauan program dekolah biasa, agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat maupun terhadap diri sendiri.
Prestasi timggi tersebut meliputi:
Kemampuan intelektual umum
Bakat akademik khusus
Pemikiran kreatif atau produktif
Kemampuan memimpin
Seni visual dan pertunjukanKemampuan psikomotor
Definisi ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Marland
Selain definisi diatas juga ada definisi lain oleh P.L(97-35) yang disahkan oleh konggres di Amerika Serikat,definisi oleh Renzulli,dll yang intinya Keberbakatan merupakan intelegensi taraf tinggi yang mempunyai integrasi yang maju dan cepat dari fungsi-fungsi fisik, kognitif, emosi, dan intuisi
C. PERBEDAAN ANTARA GIFTED DAN TALENTED
Menurut Gowan (1977:p.70)keberbakatan hanya potensialisasi. A nak gifted adalah anak yang memiliki kreativitas verbal, sedangkan anak talented adalah anak yang memiliki kreatifitas nonverba.
Selain Gowan yang tidak setuju dengan penggabungan istilah gifted dan talented adalah Francos Gagne,dll.Namun perdebatan tentang penggunaan istilah ini tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana dunia pendidikan memberikan jawaban tentang bagaimana berbagai potensi kemanusiaan yang meliputi fisik, kognisi, emosi, dan intuisi dapat berkembang hingga taraf yang paling tinggi agar dapat berguna bagi diri anak dan dapat disumbangkan bagi kemaslahatan umat manusia.
D. KLASIFIKASI ANAK BERBAKAT
Perbedaan gifted dan jenius menurut Barbara Clark
Dalam mengkaji anak dia menyarankan agar membedakan anak berbakat(gifted) dengan anak jenius(Genius). Anak berbakat banyak ditemukan di sekolah-sekolah, sedankan anak jenius jarang ditemukan. Anak jenius sering disebut sebagai anak berbakat taraf sangat tinggi(highly gifted)
Klasifikasi anak berbakat menurut Sternberg (berdasarkan teori triarchic)
a. Keberbakatan analitik meliputi kemampuan memilah masalah dan memahami bagian-bagian dari masalah tersebut.
b. Keberbakatan Sintetik tampak pada orang yang memiliki kemampuan memahami, intuitif, kreatif, atau yang benar-benar cakap dalam mengatasi situasi-situasi yang relatif baru.
c. Keberbakatan Praktis meliputi penerapan kemampuan analitik maupun sintetik dalam kehidupan sehari-hari, dalam situasi pragmatik.
Klasifikasi anak berbakat menurut Howard Gardner (1985) berdasarkan teori Intelegensi Majemuk,menyaktakan bahwa intelegensi ada 7 macam:
linguistik, logis-matematis, spatial, musikal, jasmani kinestetik, interpersonal, dan intrapersonal.
Klasifikasi menurut Francos Gagne:
• Bakat( intelektual, kreatif, sosioafektif, dan sensorimotor)
• Talents(akademik, teknik, artiatik, interpersonal, dan atletik)
• Bakat adalah nama dari karakteristik pribadi, sedangkan talents adalah nama dari aktivitas manusia.
Dapat disimpulkan keberbakatan meliputi:
a. keberbakatan intelektual
b. Keberbakatan akademik
c. Keberbakatan kreatif
d. Keberbakatan kepemimpinan dan sosial
e. Keberbakatan dalam seni
E. KARAKTERISTIK DAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK ANAK BERBAKAT
1. Karakteristik keberbakatan intelektual, berdasarkan penelitian Terman yang disimpulkan oleh Kitano dan Kirby,karakteristiknya adalah:
memiliki kata-kata yang maju pada usianya
memiliki minat yang lebih dini terhadap buku-buku dan membaca
memiliki kemampuan membaca lebih awal dan belajar sendiri pada usia dua atau tiga tahun
membaca secara mandiri dan sering menyukai buku-buku bacaa dewasa
cepat dalam belajar dan mudahmengingat informasi faktual,dll
Pada intinya anak berbakat intelektial umumnya memiliki kesediaan menerima hal-hal yang tidak lazim, tertarik pada usaha pemecahan masalah dengan hubungan sebab-akibat.Namun mereka jug memiliki sifat-sifat negatif yaitu:
Mudah tertipu karena kurang cermat
ingin serba sempurna
menolak otoritas
mengabaikan detail
kesulitan untuk menerima pemikiran yang tidak logis,dll
Berdasarkan karakteristik tersebut program pendidikan perlu menyadari kebutuhan-kebutuhan mereka untuk:
memperoleh informasi dan tantangan baaru
penyesuaian kegiatan belajar dengan minat khusus mereka
kesempatan untuk mengomunikasikan pengetahuan
memperoleh percepatan yang tepat
penggunaan pemikiran yang induktifdan pemecahan masalah
penggunaan pengetahuan untuk pemecahan masalah yang realistik,dll
2. Karakteristik keberbakatan akademik
Keberbakatan akademik menunjuk pada bakat khusus dalam lapangan akademik tertentu seperti dalam ilmu kealaman, matematika, ilmu-ilmu sosial, dsbg
Kararakteristik keberbakatan akademik dikemukakan oleh Roe,Bloom,dll,yang dapat disimpulkan bahwa keberbakatan akademik mempunyai karakteristik gigih(persistent), dan terarah pada tujuan (goal-otiented) dalam bidang mereka.
Pendidikan untuk anak dengan keberbakatan akademik hendaknya:
memberikan kesempatan kepada mereka untuk memperoleh kemampuan fundamental, perbendaharaan kata,
memberikan kesempatan untuk berhubungan dengan ahli bidang tersebut
mengaplikasikan pengetahuan mereka pada problema yang mutakhir,dll
3. karakteristik keberbakatan kreatif
Menurut Kitano dan Kirby mereka mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan ide baru yang bernilai potensial bagi masyarakat
Perencanaan program pendidikan hendaknya menyadari kebutuhan-kebutuhan para siswa berbakat kreatif dengan cara mendorong tumbuhnya kreatifitas, memberikan kesempatan untuk mengembangkan minat tanpa pembatasan waktu yang diperlukan, pemberian bimbingan yang tepat,dll
4. Karakteriatik keberbakatan kepemimpinan sosial
Aktif mempertahankan dan mengubah proses sosial
fisik yang menarik dan rapi dalam penampilan
diterima oleh mayoritas teman-teman dan orang dewasa
mampu merangsang perilaku produktif bagi orang lain,dll
Anak-anak ini uga memperlihatkan adanya perasan takut ditolak, merasa tidak senang dengan tidak adanya keaktifan,dan kegagalan menacapai tujuan
PROGRAM PENDIDIKAN YANG SESUAI UNTUK MEREKA ADALAH
program pendidikan yang memberikan kesempatan untuk berinteraksi dalam kelompok, pengalaman menempatkan tujuan-tujuan yang realiatik, bantuan penjelasan tentang nilai pribadi dan prioritas, bantuan untuk memahami adanya perbedaan individual anggota-anggota kelompk,dll
5. Karakteristik keberbakatan dalam seni
rmampu menyususn nada-nada orisisnil
menyukai aktivitas musikal,mencari kesempatan untuk mendengarkan musik atau menciptakan musik
merespon secara positif erhadap musik
mengisi saktu luang dengan menggambar/melukis,dll
Ketekunan dalam pengarahan pencapaian tujuan pada anak-anak dengan keberbakatan seni mungkin menyebabkan penolakan terhadap interupsi dan kekurangan perhatian terhadap aktivitas yang tidak berkaitan drngan bidang keberbakatan tersebut.
Pendidikan yang sesuai untuk mereka tidak hanya pendidikan yang berusaha mengembangkan keberbakatan khususs anak, melainkan juga bantuan untuk menintegerasikan kemampuan dan sensitivitas dengan aspek-aspek kehidupan lain.
F. PREVALENSI
Prevalensi anak berbakat tergantung pada definisi yang digunakan, yang pad agilirannya menentukan metode identifikasi dan assesment. Jika yang dimaksud anak berbakat adalah yang memiliki penyimpangan ke atas 2 simpangan baku dari kriteria normal, maka seperti dikemukakan Terman mereka adalah yang menduduki posisi 2% teratas pada suatu tes intelegensi.Berdasarkan kurve normal ,Anastasia(1982:p.84) menyebutkan mereka yang menduduki 2,14% teratas WISC-R.
Jika anak usia sekolah di indonesia 43 juta , maka yang tergolong anak berbakat erdasarkan kriteria tersebut adalah 860.000 anak atau hampir 1 juta anak.Perkiraan jumlah tersebut banyak yang tidak sepakat karena kenernakatan tidak hanya diukur dari tes intelegensi saja.Namun Indonesia belum memiliki data yang akurat tentang prevalensi anak.Meskipun demikian hendaknya ini tidak dijadikan sebagai kendala dalam pelayanan pendidikan khusus untuk anak berbakat.
A. PERLUNYA PENDIDIKAN KHUSUS UNTUK ANAK BERBAKAT
Anak berbakat berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Sehingga mereka memerlukan pendidikan khusus, ada empat alasan perlunya pendidikan khusus bagi anak berbakat:
Konsep kesamaan kesempatan memperoleh pendidikan menunjukkan kesempatan untuk mengembangkan potensi individual seoptimal mungkin
Anak berbekat sering gagal mencapai prestasi yang sesuai dengan potensi mereka tanpa dukungan tambahan
Keberbakatan diperoleh dari pelayanan khusus
Kegagalan mempertemukan kebutuhan-kebutuhan anak berbakat dapat menimbulkan kerugian yang luar biasa hebat bukan hanya bagi anak berbakat sendiri tetapi juga bagi masyarakat sevcara keseluruhan.
B. PENGERTIAN ANAK BERBAKAT
Pada tahun 1950-an pendidik di Amerika Serikat berusaha memberikan pengertian yang lebih luas tentang pengertian anak berbakat yaitu anak yang memperlihatkan secara konsisten penampilan luar biasa hebat dalam suatu bidang yang berfaedah. Namun, menurut Newland definisi itu mempunyai berbagai kelemahan.Demikian pula dengan definisi yang diberikan oleh Newland menuai banyak kritikan.
Definisi keberbakatan di Indonesia(disepakati pada seminar pengembangan pendidikan luar biasa di Jakarta pada 15-17 September 1980) menyebutkan anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang profesional diidentifikasikan sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul. Anak-anak tersebut memerlukan program-program pendidikan yang berdiferensi dan atau pelayanan di luar jangkauan program dekolah biasa, agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat maupun terhadap diri sendiri.
Prestasi timggi tersebut meliputi:
Kemampuan intelektual umum
Bakat akademik khusus
Pemikiran kreatif atau produktif
Kemampuan memimpin
Seni visual dan pertunjukanKemampuan psikomotor
Definisi ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Marland
Selain definisi diatas juga ada definisi lain oleh P.L(97-35) yang disahkan oleh konggres di Amerika Serikat,definisi oleh Renzulli,dll yang intinya Keberbakatan merupakan intelegensi taraf tinggi yang mempunyai integrasi yang maju dan cepat dari fungsi-fungsi fisik, kognitif, emosi, dan intuisi
C. PERBEDAAN ANTARA GIFTED DAN TALENTED
Menurut Gowan (1977:p.70)keberbakatan hanya potensialisasi. A nak gifted adalah anak yang memiliki kreativitas verbal, sedangkan anak talented adalah anak yang memiliki kreatifitas nonverba.
Selain Gowan yang tidak setuju dengan penggabungan istilah gifted dan talented adalah Francos Gagne,dll.Namun perdebatan tentang penggunaan istilah ini tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana dunia pendidikan memberikan jawaban tentang bagaimana berbagai potensi kemanusiaan yang meliputi fisik, kognisi, emosi, dan intuisi dapat berkembang hingga taraf yang paling tinggi agar dapat berguna bagi diri anak dan dapat disumbangkan bagi kemaslahatan umat manusia.
D. KLASIFIKASI ANAK BERBAKAT
Perbedaan gifted dan jenius menurut Barbara Clark
Dalam mengkaji anak dia menyarankan agar membedakan anak berbakat(gifted) dengan anak jenius(Genius). Anak berbakat banyak ditemukan di sekolah-sekolah, sedankan anak jenius jarang ditemukan. Anak jenius sering disebut sebagai anak berbakat taraf sangat tinggi(highly gifted)
Klasifikasi anak berbakat menurut Sternberg (berdasarkan teori triarchic)
a. Keberbakatan analitik meliputi kemampuan memilah masalah dan memahami bagian-bagian dari masalah tersebut.
b. Keberbakatan Sintetik tampak pada orang yang memiliki kemampuan memahami, intuitif, kreatif, atau yang benar-benar cakap dalam mengatasi situasi-situasi yang relatif baru.
c. Keberbakatan Praktis meliputi penerapan kemampuan analitik maupun sintetik dalam kehidupan sehari-hari, dalam situasi pragmatik.
Klasifikasi anak berbakat menurut Howard Gardner (1985) berdasarkan teori Intelegensi Majemuk,menyaktakan bahwa intelegensi ada 7 macam:
linguistik, logis-matematis, spatial, musikal, jasmani kinestetik, interpersonal, dan intrapersonal.
Klasifikasi menurut Francos Gagne:
• Bakat( intelektual, kreatif, sosioafektif, dan sensorimotor)
• Talents(akademik, teknik, artiatik, interpersonal, dan atletik)
• Bakat adalah nama dari karakteristik pribadi, sedangkan talents adalah nama dari aktivitas manusia.
Dapat disimpulkan keberbakatan meliputi:
a. keberbakatan intelektual
b. Keberbakatan akademik
c. Keberbakatan kreatif
d. Keberbakatan kepemimpinan dan sosial
e. Keberbakatan dalam seni
E. KARAKTERISTIK DAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK ANAK BERBAKAT
1. Karakteristik keberbakatan intelektual, berdasarkan penelitian Terman yang disimpulkan oleh Kitano dan Kirby,karakteristiknya adalah:
memiliki kata-kata yang maju pada usianya
memiliki minat yang lebih dini terhadap buku-buku dan membaca
memiliki kemampuan membaca lebih awal dan belajar sendiri pada usia dua atau tiga tahun
membaca secara mandiri dan sering menyukai buku-buku bacaa dewasa
cepat dalam belajar dan mudahmengingat informasi faktual,dll
Pada intinya anak berbakat intelektial umumnya memiliki kesediaan menerima hal-hal yang tidak lazim, tertarik pada usaha pemecahan masalah dengan hubungan sebab-akibat.Namun mereka jug memiliki sifat-sifat negatif yaitu:
Mudah tertipu karena kurang cermat
ingin serba sempurna
menolak otoritas
mengabaikan detail
kesulitan untuk menerima pemikiran yang tidak logis,dll
Berdasarkan karakteristik tersebut program pendidikan perlu menyadari kebutuhan-kebutuhan mereka untuk:
memperoleh informasi dan tantangan baaru
penyesuaian kegiatan belajar dengan minat khusus mereka
kesempatan untuk mengomunikasikan pengetahuan
memperoleh percepatan yang tepat
penggunaan pemikiran yang induktifdan pemecahan masalah
penggunaan pengetahuan untuk pemecahan masalah yang realistik,dll
2. Karakteristik keberbakatan akademik
Keberbakatan akademik menunjuk pada bakat khusus dalam lapangan akademik tertentu seperti dalam ilmu kealaman, matematika, ilmu-ilmu sosial, dsbg
Kararakteristik keberbakatan akademik dikemukakan oleh Roe,Bloom,dll,yang dapat disimpulkan bahwa keberbakatan akademik mempunyai karakteristik gigih(persistent), dan terarah pada tujuan (goal-otiented) dalam bidang mereka.
Pendidikan untuk anak dengan keberbakatan akademik hendaknya:
memberikan kesempatan kepada mereka untuk memperoleh kemampuan fundamental, perbendaharaan kata,
memberikan kesempatan untuk berhubungan dengan ahli bidang tersebut
mengaplikasikan pengetahuan mereka pada problema yang mutakhir,dll
3. karakteristik keberbakatan kreatif
Menurut Kitano dan Kirby mereka mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan ide baru yang bernilai potensial bagi masyarakat
Perencanaan program pendidikan hendaknya menyadari kebutuhan-kebutuhan para siswa berbakat kreatif dengan cara mendorong tumbuhnya kreatifitas, memberikan kesempatan untuk mengembangkan minat tanpa pembatasan waktu yang diperlukan, pemberian bimbingan yang tepat,dll
4. Karakteriatik keberbakatan kepemimpinan sosial
Aktif mempertahankan dan mengubah proses sosial
fisik yang menarik dan rapi dalam penampilan
diterima oleh mayoritas teman-teman dan orang dewasa
mampu merangsang perilaku produktif bagi orang lain,dll
Anak-anak ini uga memperlihatkan adanya perasan takut ditolak, merasa tidak senang dengan tidak adanya keaktifan,dan kegagalan menacapai tujuan
PROGRAM PENDIDIKAN YANG SESUAI UNTUK MEREKA ADALAH
program pendidikan yang memberikan kesempatan untuk berinteraksi dalam kelompok, pengalaman menempatkan tujuan-tujuan yang realiatik, bantuan penjelasan tentang nilai pribadi dan prioritas, bantuan untuk memahami adanya perbedaan individual anggota-anggota kelompk,dll
5. Karakteristik keberbakatan dalam seni
rmampu menyususn nada-nada orisisnil
menyukai aktivitas musikal,mencari kesempatan untuk mendengarkan musik atau menciptakan musik
merespon secara positif erhadap musik
mengisi saktu luang dengan menggambar/melukis,dll
Ketekunan dalam pengarahan pencapaian tujuan pada anak-anak dengan keberbakatan seni mungkin menyebabkan penolakan terhadap interupsi dan kekurangan perhatian terhadap aktivitas yang tidak berkaitan drngan bidang keberbakatan tersebut.
Pendidikan yang sesuai untuk mereka tidak hanya pendidikan yang berusaha mengembangkan keberbakatan khususs anak, melainkan juga bantuan untuk menintegerasikan kemampuan dan sensitivitas dengan aspek-aspek kehidupan lain.
F. PREVALENSI
Prevalensi anak berbakat tergantung pada definisi yang digunakan, yang pad agilirannya menentukan metode identifikasi dan assesment. Jika yang dimaksud anak berbakat adalah yang memiliki penyimpangan ke atas 2 simpangan baku dari kriteria normal, maka seperti dikemukakan Terman mereka adalah yang menduduki posisi 2% teratas pada suatu tes intelegensi.Berdasarkan kurve normal ,Anastasia(1982:p.84) menyebutkan mereka yang menduduki 2,14% teratas WISC-R.
Jika anak usia sekolah di indonesia 43 juta , maka yang tergolong anak berbakat erdasarkan kriteria tersebut adalah 860.000 anak atau hampir 1 juta anak.Perkiraan jumlah tersebut banyak yang tidak sepakat karena kenernakatan tidak hanya diukur dari tes intelegensi saja.Namun Indonesia belum memiliki data yang akurat tentang prevalensi anak.Meskipun demikian hendaknya ini tidak dijadikan sebagai kendala dalam pelayanan pendidikan khusus untuk anak berbakat.
Langganan:
Komentar (Atom)
